Dampak Koloid terhadap Pencemaran Udara, Air, dan Tanah
Dampak Koloid terhadap Pencemaran Udara, Air, dan Tanah
Pada
topik ini, kita akan membahas Koloid
Pencemar Lingkungan. Sebelum kita membahas topik ini, mari terlebih dahulu
kita ingat kembali tentang pemanfaatan koloid dalam kehidupan sehari-hari.
Sistem koloid banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari
pembuatan obat-obatan, bahan pembersih (deterjen, shampo, sabun), alat-alat
kosmetik, pengolahan bahan pangan, dan juga dalam bidang pertanian (insektisida
dan herbisida). Namun, penggunaan koloid oleh manusia ternyata banyak berdampak
negatif terhadap lingkungan, misalnya pencemaran lingkungan yaitu meliputi
pencemaran udara, air, dan tanah. Sekarang mari kita bahas satu persatu dampak
negatif penggunaan koloid tersebut terhadap lingkungan.
1. Dampak Koloid terhadap
Pencemaran Udara
Koloid yang kita temukan di udara dalam bentuk partikulat.
Partikulat ini adalah koloid yang fase terdispersinya padat dengan medium
pendispersinya gas. Partikulat dapat berasal dari alam seperti debu atau abu
vulkanik dari letusan gunung berapi. Selain itu, partikulat juga berasal dari
kegiatan manusia seperti asap pabrik dan asap kendaraan bermotor.
Debu dan abu vulkanik yang berasal dari letusan gunung berapi akan mengganggu
pernapasan dan dapat menimbulkan infeksi pernapasan (ISPA). Asap pabrik juga
merupakan sumber pencemar lingkungan. Akan tetapi zat pencemar dari asap pabrik
dapat dihilangkan dengan menggunakan alat yang bernama Cottrel, dengan cara
mengendapkan fase terdispersi yang berupa padatan dari fase pendispersinya yang
berupa gas, sehingga gas yang dilepaskan ke lingkungan tidak mengandung
pencemar.
Pada asap kendaraan bermotor, partikulat yang berbahaya adalah logam timbal
yang terkandung di dalam bensin dan dihasilkan dari proses pembakaran TEL (Tetra
Ethyl Lead). Apabila gas ini dibuang ke lingkungan dan terhirup oleh manusia
terlalu banyak, maka akan menimbulkan gejala keracunan mulai dari kejang, sesak
napas, batuk, dan akibat yang paling fatal adalah pendarahan pada sumsum tulang
belakang yang dapat berakhir pada kematian.
2. Dampak Koloid terhadap
Pencemaran Air
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak pernah luput dari
penggunaan bahan-bahan jenis koloid. Penggunaan bahan pembersih seperti
deterjen, pembersih lantai, pembersih alat-alat dapur, sabun, dan shampoo
menghasilkan buih. Buih adalah koloid dengan fase terdispersi gas dalam medium
pendispersi cair. Limbah yang dihasilkan dari bahan-bahan pembersih. Bahan
aktif kimianya yaitu Alkyl Benzena Sulfonat (ABS) yang bersifat sangat sukar
untuk diuraikan oleh mikroorganisme. Jika kita membuang sisa cairan pembersih
seperti deterjen ke air, maka busa atau buih deterjen akan menutupi permukaan
air dan menghalangi masuknya oksigen ke dalam air. Selain itu juga merangsang
pertumbuhan eceng gondok. Akibatnya mengganggu kehidupan organisme yang ada di
dalam air sekaligus merusak ekosistem air.
3. Dampak Koloid terhadap
Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah terjadi karena adanya akivitas yang
berasal dari limbah rumah tangga (sampah plastik), industri, dan juga
pertanian. Pada limbah bidang pertanian terdapat koloid yang dapat mencemari
tanah yaitu aerosol. Aerosol adalah koloid dengan fase terdispersi padat atau
cair dalam medium pendispersi gas. Aerosol banyak digunakan di bidang pertanian
khususnya untuk insektisida dan herbisida. Insektisida dan herbisida yang
digunakan untuk membunuh hama apabila disemprotkan ke udara akan menyebar dan
membentuk partikel halus di udara. Penggunaan insektisida dan herbisida yang
berlebihan akan memberikan dampak negatif kepada tanah karena akan membunuh
mikroorganisme baik yang ada di dalam tanah. Hal ini akan menyebabkan
berkurangnya kesuburan tanah.
Selain itu, aerosol biasanya ditempatkan dalam botol-botol
kaleng yang tebal dengan tekanan yanga sangat tinggi sehingga tidak dapat
diuraikan oleh mikroorganisme yang ada di dalam tanah. Akan tetapi hal ini
dapat diatasi dengan daur ulang.
Post a Comment for "Dampak Koloid terhadap Pencemaran Udara, Air, dan Tanah "